Tembang Dolanan dan Nilai Moral yang Tersirat
Tembang dolanan berbahasa Jawa merupakan sarana untuk
bersenang-senang dalam mengisi waktu luang dan juga sebagai sarana komunikasi
yang mengandung pesan mendidik.
Contoh tembang dolanan yang dimaksud adalah cublak-cublak suweng, jaranan, padang bulan, ilir-ilir, dan masih banyak lagi. Tembang dolanan anak merupakan suatu hal yang menarik karena sesuai dengan perkembangan jiwa anak yang masih suka bermain, didalamnya juga mengandung ajaran-ajaran atau nilai-nilai moral budi pekerti.
Contoh tembang dolanan yang dimaksud adalah cublak-cublak suweng, jaranan, padang bulan, ilir-ilir, dan masih banyak lagi. Tembang dolanan anak merupakan suatu hal yang menarik karena sesuai dengan perkembangan jiwa anak yang masih suka bermain, didalamnya juga mengandung ajaran-ajaran atau nilai-nilai moral budi pekerti.
Lagu dolanan memiliki aturan, yaitu
1. bahasa sederhana
2. cengkok sederhana
3. jumlah baris terbatas
4. berisi hal-hal yang selaras dengan keadaan anak
Berikut adalah contoh video Prahu Layar:
Berikut adalah contoh video Prahu Layar:
Lirik dalam lagu dolanan tersebut tersirat makna
religius, kebersamaan, kebangsaan, kemandirian, kerendahan hati (tidak boleh sombong), instrospeksi diri dan nilai estetis.
1. Tersirat nilai budi pekerti religius atau keagamaan
Sluku- Sluku Bathok
Sluku-sluku bathok
Bathoke ela-elo
sluku bathok
Bathoke ela-elo
Si Rama menyang Solo
Oleh-olehe payung motha
Mak jenthit lolo lobah
Wong mati ora obah
Nek obah medeni bocah
Nek urip goleka dhuwit.
Lirik tembang dolanan yang berjudul ‘Sluku-sluku
Bathok’ tersebut apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai
berikut:
Ayun-ayun kepala
Kepalanya geleng geleng
Si bapak pergi ke Solo
Oleh-olehnya payung mutha
Secara tiba-tiba begerak
Orang mati tidak bergerak
Kalau bergerak menakuti orang
Kalau hidup carilah uang
Makna yang tersirat dalam tembang dolanan “Sluku-sluku
bathok” yaitu nilai religius. Dalam syair tersebut bermakna manusia hendaklah
membersihkan, selalu bersyukur disaat susah maupun senang, di kala menerima
musibah maupun kenikmatan, hidup mati manusia ditangan yang Kuasa, maka dari
itu selagi masih hidup berbuat baiklah terhadap sesama, dan beribadah kepada
Tuhan Yang Maha Esa karena Tuhan Maha segala-galanya, apabila sekali
berkehendak mencabut nyawa seseorang, tak seorang pun mampu menolakkan.
Ilir-Ilir
Lir-ilir, lir-ilir
Tandure wus sumilir
Tak ijo royo-royo
Tak sengguh temanten anyar
Cah angon, cah angon
Penekno blimbing kuwi
Lunyu-lunyu penekno
Kanggo mbasuh dodotiro
Dodotiro, dodoiro
Kumitir bedah ing pinggir
Dondomono, jlumatono
Kanggo sebo mengko sore
Mumpung padhang rembulane
Mumpung jembar kalangane
Yo sorako, sorak iyo!!
Syair tembang dolanan Ilir-ilir tersebut apabila
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai berikut:
Bangunlah, bangunlah!
Tanaman sudah bersemi
Demikian menghijau
Bagaikan pengantin baru
Anak gembala, anak gembala
Panjatlah (pohon) belimbing itu!
‘Biar licin dan susah tetaplah kau panjat’
‘untuk membasuh pakaianmu’
‘Pakaianmu, pakaianmu’
‘terkoyak-koyak dibagian samping’
‘Jahitlah, Benahilah!’
‘untuk menghadap nanti sore’
‘Mumpung bulan bersinar terang’
‘Mumpung banyak waktu luang’
‘Bersoraklah dengan sorakan Iya!!’
Dalam syair tembang dolanan yang berjudul Ilir-ilir
mengandung makna religius (keagamaan). Sedangkan maksud yang terkandung dalam
tembang tersebut adalah kita sebagai umat manusia diminta bangun dari
keterpurukan untuk lebih mempertebal iman dan berjuang untuk mendapatkan
kebahagiaan seperti bahagianya pengantin baru. Meminta Si anak gembala untuk
memetikkan buah blimbing yang diibaratkan perintah salat lima waktu. Yang
ditempuh dengan sekuat tenaga kita tetap berusaha menjalankan Rukun Islam
apapun halangan dan resikonya. Meskipun ibarat pakaian kita terkoyak lubang
sana sini, namun kita sebagai umat diharapkan untuk memperbaiki dan mempertebal
iman dan taqwa agar kita siap memenuhi panggilan Yang Kuasa.
Padhang Bulan
Yo prakanca dolanan ing njaba
Padhang mbulan padhangรฉ kaya rina
Rembulanรฉ kang ngawรฉ-awรฉ
Ngรฉlikakรฉ aja turu sorรฉ-sorรฉ
Syair dari tembang dolanan padang bulan apabila
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi:
‘Ayo teman-teman bermain diluar’
‘Cahaya bulan yang terang benderang’
‘Rembulan yang seakan-akan melambaikan tangan’
‘Mengingatkan kepada kita untuk tidak tidur sore-sore’
Dalam tembang dolanan padang bulan mengandung makna
religius (kagamaan). Maksud dari tembang dolanan tersebut adalah kita hendaknya
bersyukur kepada yang Maha Kuasa untuk menikmati keindahan alam. Untuk
menunjukkan rasa syukur itu kita diharapkan tidak tidur terlalu sore karena
kita bisa melaksanakan ibadah di waktu malam.
2. Mengandung nilai budi pekerti
Jaranan
Jaranan- jaranan, jarane jaran teji
Sing numpak ndoro bei
sing ngiring para mentri
Jeg-jeg nong, jreg-jreg gung
Jeg-jeg gedebuk krincing
Gedebug jedher
Gedebug krincing
Jeg-jeg gedebuk jedher
Syair tembang dolanan yang berjudul ‘Jaranan’ ersebut
apabila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah:
berkuda, berkuda, kudanya teji (tinggi besar)
yang naik Tuan Bei yang mengiring para menteri
Jeg-jeg nong, jeg-jeg gung
Jeg-jeg gedebuk krincing
Gedebuk jedher
Gedebuk krincing
Gedebuk jedher
Jeg-jeg gedebuk jedher’
Tembang dolanan jaranan sebenarnya hanya terdiri atas
empat larik, untuk larik berikutnya hanya diulang-ulang. Kalau dilihat dari
syairnya terdapat beberapa makna budi pekerti yang tersirat dalam tembang
tersebut, antara lain:
a. Kebersamaan
Dalam syair sing numpak ndara Bei sing ngiring para
menteri, di sana terdapat rasa kebersamaan antara atasan dan bawahan.
Kebersamaan untuk saling membutuhkan, saling membantu, orang yang mempunyai
kedudukan lebih tinggi membutuhkan orang yang berkedudukan lebih rendah,
demikian pula sebaliknya. Kedudukan yang tinggi tersebut diibaratkan ndara Bei
yang membutuhkan pengawalan dari para menterinya yang dianggap mempunyai
kedudukan lebih rendah.
b. Menghormati yang lebih tinggi
kedudukannya
Budaya Jawa telah mengajarkan bahwa seseorang yang
mempunyai kedudukan yang lebih rendah harus menghormati orang yang berkedudukan
lebih tinggi. Hal itu tampak pada syair sing numpak ndara Bei sing ngiring para
menteri. Dalam syair tersebut ndara Bei dianggap mempunyai kedudukan yang lebih
tinggi dari para menterinya, karena sebutan ndara Bei hanya digunakan untuk
menyebutkan seseorang yang mempunyai kedudukan yang tinggi dan keturunan
ningrat. Apalagi ditunjang dengan tunggangannya kuda yang tinggi besar yang
harus diiringi oleh para menterinya. Oleh karena itu, tugas para menteri adalah
mengawal ndara Bei tersebut. Dalam hal ini, jelaslah bahwa budi pekerti yang
harus ditanamkan adalah sikap menghormati yang lebih tua atau yang lebih tinggi
kedudukannya.
3. Mengandung makna instrospeksi diri
Menthok-menthok
Menthok-menthok tak kandhani
Mung solahmu angisin-isini
Bokya aja ndheprok
Ana kandhang wae
Enak-enak ngorok
Ora nyambut gawe
Methok-menthok
Mung lakumu megal-megol gawe guyu
Lirik tembang dolanan diatas apabila diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia sebagai berikut:
‘Menthok-menthok saya nasehati’
‘Hanya perilakumu yang memalukan’
‘Jangan hanya diam dan duduk’
‘Di kandang saja’
‘Enak-enak mendengkur’
‘Tidak bekerja’
‘Menthok-menthok’
‘Hanya jalanmu meggoyangkan pantat membuat orang
tertawa’
Dalam lirik tembang dolanan ‘Menthok-menthok’
mengandung makna instropeksi diri. Sebagai umat manusia tidak boleh
menyombongkan diri, karena sesungguhnya semua yang ada di dunia ini diciptakan
Tuhan dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Sebaiknya kita berusaha dan
bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup, tidak malas, tidak suka tidur
(karena orang suka tidur badannya akan lemas, otot kaku, mudah terkena
penyakit, rezekinya tidak lancar dsb) , dan selalu berbuat baik terhadap
sesama. Dalam syair tembang dolanan tersebut yang diibaratkan menthok, meskipun
dia itu pemalas, bersifat jahat, dan suka tidur, tetapi dia masih mempunyai
sifat baik dan berguna baik orang lain yaitu menghibur dan membuat orang lain
tertawa.
Gundul-gundul Pacul
Gundul-gundul pacul..cul, gemelelengan
Nyunggi-nyunggi wakul...kul, gemelelengan
Wakul ngglimpang, segane dadi sakratan
Wakul ngglimpang, segane dadi sakratan
Syair tembang dolanan Gundul-gundul Pacul apabila
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai berikut:
‘Kepala botak tanpa rambut ibarat cangkul , besar
kepala (sombong, angkuh)’
‘Membawa bakul, dengan gayanya yang besar kepala
(sombong, angkuh)’
‘Bakulnya jatuh, nasinya tumpah berantakan di jalan
tidak bermanfaat lagi’
Dari syair tembang dolanan Gundul-gundul Pacul
menggambarkan seorang anak yang gundul, nakal, bandel, angkuh, dan tidak
bertanggung jawab. Dia tidak dapat membedakan hal-hal yang baik dan buruk. Dia
beranggapan bahwa dirinya orang yang paling benar, paling bisa, dan paling
pintar, sehingga dia bersikap gembelelengan, sombong, dan tak tahu diri.
Apabila dipercaya untuk memegang amanah yang menyangkut kehidupan orang banyak,
dia tetap bersikap tidak peduli. Akibat dari kesombongan dan keangkuhannya itu
maka kesejahteraan dan keadilan yang semestinya berhasil akhirnya menjadi hancur
berantakan. Dari syair tembang tersebut mengandung makna tidak boleh sombong,
dalam hal ini terlihat bahwa orang yang sombong, angkuh, dan ceroboh akan
membawa kehancuran dan kegagalan, maka dari itu jika engkau menjadi seorang
pemimpin yang diberi amanah dan tanggung jawab hendaknya peganglah dan jalankan
amanah itu sebaik-baiknya agar membawa kesejahteraan dan keadilan sesuai
harapan rakyat yang dipimpinnya.
Dhondong Apa Salak
Dhondhong apa salak
Dhuku cilik-cilik
Andhong apa mbecak
Mlaku dimik-dimik
Syair tembang ‘Dhondhong apa Salak’ apabila
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah:
‘Dhondhong apa salak’
‘Dhuku kecil-kecil’
‘Naik delman apa naik becak’
‘Jalan pelan-pelan’
Dalam syair tembang dolanan ini kita dihadapkan pada
dua pilihan. Ibarat buah kedondong yang bagian luarnya halus tetapi bagian
dalamnya kasar dan tajam, dan sebaliknya buah salak yang bagian luarnya kasar
ternyata bagian dalamnya halus. Di sini kita dihadapkan pada dua karakter,
Lebih baik kita berbuat yang baik secara lahir maupun batin seperti buah duku,
daripada kita berbuat yang dari luar kelihatan bagus tetapi di dalamnya kasar
dan tajam seperti buah kedondong.
Demikian sebaliknya, lebih baik kita berbuat terlihat
kasar dari luar tetapi dalamnya halus seperti buah salak. Berbuatlah sesuatu
yang baik dan tidak menyakitkan, baik itu secara lahir maupun batin. Sedangkan
syair andhong apa mbecak, mlaku dimik-dimik mempunyai maksud memilih salah satu
makna yang dimaksud dalam syair tersebut . Andong adalah sebuah kendaraan
angkutan yang menggunakan tenaga hewan sebagai penariknya, sedangkan becak
adalah kendaraan angkut yang memanfaatkan tenaga manusia sebagai pendorongnya.
Dalam syair ini terdapat nilai budi pekerti kemandirian, kita tidak boleh
menyusahkan orang lain atau makhluk lain, kita harus hidup mandiri, berjalan di
atas kaki sendiri meskipun pelan-pelan dan tertatih-tatih.
Tembang dolanan sebagai warisan nenek moyang yang
mempunyai nilai-nilai luhur harus terus dilestarikan.
0 komentar:
Posting Komentar